SULBARPEDIA.COM, – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/(CPO) sedang tertekan. Kondisi ini kian memberatkan pelaku industri sawit dalam negeri dengan tekanan konflik dagang dan kapasitas produksi sawit yang berlimpah di pasar (oversupply).
Hal ini menjadi sorotan Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa. Dia menilai, penurunan harga sawit sepanjang semester pertama sangat berdampak pada kinerja perseroan, bahkan dia mengakui, performa 6 bulan pertama 2019 menjadi yang terburuk dalam satu dekade terakhir.
“Idealnya harga CPO yang diinginkan pasar di level 700 US$ per metrik ton,” kata Santosa kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/8/2019) di kantor Astra Agro, Pulogadung, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedang Ambruk, Berapa Harga Ideal CPO Bagi Produsen?Sumber data: CIF Rotterdam
Untuk bangkit pada era kejayaan komoditas unggulan Indonesia ini tampaknya masih cukup berat. Terbaru, kebijakan China menyetop impor beberapa produk pertanian Amerika Serikat (AS) menyebabkan merosotnya harga CPO global karena minyak nabati berlimpah di pasaran dunia.
Baca: Luas Kebun Tambah 5,4 Juta Hektare, Harga CPO Sulit Bangkit
Harga CPO juga terimbas dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan akan mengenakan bea impor sebesar 10% atas produk asal China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019.
Melansir data CIF Rotterdam, harga rata-rata CPO global sepanjang periode 2019, masih di bawah 560 US$. Bahkan sempat jatuh ke posisi di bawah 500 US$ per metrik ton pada Maret lalu.
Jika dilihat dalam 15 tahun terakhir, era “boom commodity” terjadi pada 2010 lalu di mana harga CPO menyentuh level paling tinggi yakni US$ 1.290. Sejak saat itu, tren harga sawit berangsur turun. Belum lagi, kampanye negatif sawit di Uni Eropa turut berdampak bagi industri CPO dalam negeri.
Baca: China Setop Beli Produk Pertanian AS, Harga CPO Amblas!
“Semua di dunia sekarang perang dagang, Indonesia produk unggulannya kelapa sawit. Industri ini berpengaruh terhadap tenaga kerja dan ekonomi di tingkat akar rumput,” kata dia menambahkan.
Sedang Ambruk, Berapa Harga Ideal CPO Bagi Produsen?Sumber data: CIF Rotterdam
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkapkan, tahun 2019 industri sawit masih akan tetap optimistis “di tengah pusaran badai” yang datang dari dalam dan luar negeri.
Namun demikian, meskipun dalam kekalutan, GAPKI menyebut industri ini terus berperan dalam menambal neraca perdagangan Indonesia yang minus dengan kinerja ekspornya.
Baca: Perang Dagang AS-China Bikin Harga CPO Kian Merana
Pada triwulan pertama 2019 misalnya, kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan (Biodiesel, Oleochemical, CPO dan produk turunannya) meningkat sekitar 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 7,84 juta ton triwulan I 2018 meningkat menjadi 9,1 juta ton di triwulan I 2019.
“Dengan kinerja ini, artinya ekspor minyak sawit Indonesia masih tetap tumbuh meskipun masih di bawah harapan,” tulis GAPKI, dalam keterangan persnya, dikutip Rabu (7/9/2019).
(hps/hps)