SULBARPEDIA.COM,- Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) memiliki satu jenis perahu tradisional masa lampau. Perahu ini dulunya digunakan warga saat melaut.
Selain di Mamuju, perahu ini juga dipakai oleh masyarakat Sulbar yang mendiami wilayah Majene dan Polewali Mandar.
Belang diambil dari bahasa lokal Sulbar. Kata ini yang berarti telanjang atau tak berpakaian, Ketika kata tersebut digunakan dalam pembuatan perahu, “belang” berarti “hanya berupa kayu yang digali, tak ada tambahan apapun”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jika ditelisik dari maknanya, Sinonim “belang’ dalam dunia perahu adalah “balakang”. Dua kata tersebut jamak digunakan komunitas bahari di Sulbar baik di Mamuju, Majene maupun Polewali Mandar.
“Belang” adalah kayu bulat yang dikeruk bagian tengahnya lalu bagian bawahnya dimodel sedemikian rupa agar bisa stabil di perairan. Itulah jenis perahu paling bersahaja, paling purba, paling kuno.
Sama sekali tak ada tambahan, baik papan di sisi, cadik, maupun layar. Belakangan, dalam proses sejarah ribuan tahun, ketika si pengguna membutuhkan perahu yang bisa memuat lebih banyak barang, daya jelajah jauh, tak mudah dimasuki air, maka dipikir perlu ada tambahan papan di atasnya. Singkat kata, muncullah perahu bercadik, seperti pakur, olangmesa dan sandeq serta katitting.
Sebagai daerah yang banyak mendiami pesisir Kota Mamuju, tentu nelayan sejak dahulu salah satu profesi yang sangat mulia sebagai sumber penghidupan. Tentu saja dalam melaut Perahu tradisional Kulubelang ini memiliki banyak cerita dan kenangan.
Jika “kulubelang” adalah perahu paling kuno – purba, maka sandeq adalah puncak evolusi perahu bercadik tradisional bisa disebut modern, tapi dibuat tradisional.
Perahu Kulubelang akan Didaftar di KI Komunal
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Mamuju, Marwan Haruna mengatakan saat ini pihaknya masih mengkaji warisan budaya benda tersebut untuk terdaftar sebagai warisan kekayaan intelektual komunal dalam masyarakat adat Mamuju.
“Sementara ini kami juga menyusun deskripsi Kulubelang yang ada di Pulau Karampuang, yang ceritanya perahu itu dululah yang menjadi sarana transportasi laut kita di Mamuju utamanya para pencari ikan,” jelas Marwan kepada sulbarpediacom, Selasa (8/5/23).
Marwan menjelaskan, Pemkab Mamuju melalui Disparbud kerap mengadakan kegaiatan lomba perahu Kulubelang melalui event-event tradisional. Hal itu sebagai salah satu upaya melestarikan Perahu Kulubelang.
“Sampai saat ini masih sering digunakan untuk lomba perahu tradisional Kulubelang. Banyak sebetulnya yang kita mau kaji dari perahu ini,” tutupnya.
(adv/adm)