Penyakit Jembrana Tidak Menular ke Manusia

- Jurnalis

Senin, 13 Maret 2023 - 17:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyakit Jembrana Tidak Menular ke Manusia

Oleh : Drh. Agus Karyono, M.Si
Kepala Karantina Pertanian Sulawesi Barat
Kementerian Pertanian RI

Kasus kematian pada ternak sapi bali yang diakibatkan virus Jembrana beberapa waktu yang lalu di Sulawesi Barat telah menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit bagi para petani. Kerugian yang ditimbulkan berupa kematian sapi yang sampai 100 % dan angka kesakitan serta penularannya yang sangat tinggi. Belum selesai wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kini muncul kembali penyakit baru yaitu Jembrana. Kejadian dimulai dari kec Tikke Pasangkayu pada medio Juli 2022 yang dilaporkan 78 ekor sapi mati, kemudian merambah Kab Polman akhir agustus 2022 dan sampai 14 februari 2023 dilaporkan 234 ekor lalu Kab Mamuju dilaporkan 20 ekor, Kab Majene 3 ekor dan terakhir Kab Mamuju Tengah sekitar 5 ekor. Praktis tersisa kab Mamasa yang masih zona hijau. Sebelumnya Sulawesi Barat masih bebas penyakit Jembrana .

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964 di kab Jembrana Bali sehingga penyakitnya dinamakan Jembrana. Penyakit ini secara spesifik (peka) hanya menyerang sapi bali baik jantan maupun betina segala umur. Disebabkan oleh RNA virus golongan Retrovirus, bentuknya pleomorf dan beramplop. Gejala klinis yang menciri dari sapi yang terkena Jembrana adalah keluar keringat darah (blood sweating) pada kulit,anus, hidung. Kemudian bengkak pada kelenjar limfe kaki depan atas, kaki belakang atas. Penyakit Jembrana bersifat akut yaitu menyebabkan kematian sapi dalam waktu yang cepat.

Dalam masa pengendalian penyakit Jembrana yaitu vaksinasi dan disinfeksi oleh karantina pertanian dan dinas peternakan Sulbar, masyarakat Sulbar dikejutkan dengan berita bohong (hoax) bahwa penyakit tersebut menular pada manusia. Masyarakat dilarang memakan daging sapi dan turunannya seperti bakso, sosis. Informasi tersebut tidak benar karena penyakit Jembrana tidak menular ke manusia. Penyakit Jembrana hanya menular dari sapi ke sapi. Daging yang berasal dari sapi yang terkena penyakit jembrana aman dikonsumsi manusia. Virus jembrana akan mati dengan pemanasan seperti dimasak, direbus sampai mendidih (minimal 15 menit), digoreng, dan dibakar atau dipanggang. Artinya dari aspek keamanan pangan (food safety) konsumen tidak akan sakit karena mengonsumsi daging tersebut.

Zoonosis
Kehidupan manusia sulit dilepaskan dari kehidupan hewan. Pada satu sisi, sekelompok manusia dari berbagai umur menyayangi hewan, baik dimanfaatkan sebagai teman bermain, bekerja ataupun keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan tersebut dapat menularkan penyakit. Pada sisi lain manusia memerlukan ternak sebagai sumber pangan protein hewani. Hewan dalam perjalanan hidupnya dapat juga terserang penyakit. Beberapa diantara penyakit pada ternak yang dapat menularkan kepada manusia baik secara langsung dari produk hewan (daging, susu, telur) dan hasil olahannya maupun secara tidak langsung lewat parasit yang terkandung pada hewan tersebut. Jenis penyakit pada hewan yang secara alamiah dapat menular (ditransmisikan) ke manusia disebut zoonosis. Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh Robert Virchow seorang dokter Patologi.

Mengapa ada penyakit zoonosis
Menurut WHO, terdapat hampir 200 penyakit masuk kategori zoonosis dan 25 penyakit hewan menular strategis baru yang dianggap mengancam kesehatan masyarakat ditemukan di Indonesia. Faktor yang diduga memicu kemunculan berbagai penyakit baru tersebut adalah faktor sosial – ekonomi, lingkungan dan ekologi (Padaga CM dkk, 2018). Aspek faktor sosial-ekonomi diduga adanya intensifikasi pertanian yang merubah pola hidup dari hewan tersebut, perdagangan antar negara hewan dan produk turunannya yang semakin tidak ada batas (borderless economy). Kemudian dari aspek lingkungan adanya intensifikasi lahan pertanian yaitu pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan manusia yang menyebabkan semakin sempitnya habitat bagi satwa dan hal ini akan menyebabkan meningkatnya penyebaran penyakit misalnya penyakit Salmomella typhimurium dan E.Coli 086:K61 yang terjadi di salah satu stasiun Inggris karena peningkatan populasi manusia (Padaga CM dkk, 2018).

Selanjutnya dari aspek ekologi bahwa selama 20 tahun terakhir teori mengenai pemanasan global telah dapat diterima secara luas. Kenaikan suhu akibat pemanasan global adalah 1-300C.Hhal ini mengakibatkan perubahan curah hujan dan pola angin. Pengaruh pemanasan global terhadap kejadian penyakit terutama pada penyakit yang penyebarannya membutuhkan vektor/perantara, maka habitat vektor akan semakin banyak. Contohnya penyakit blue tongue (lidah biru) yang ditemukan pada ternak domba yang terbawa sampai Kepulauan Balearic Spanyol yang karena perubahan pola angin menimbulkan wabah pada tahun 2000 (Padaga CM dkk, 2018).

Contoh penyakit zoonosis dan korban kematian
Zoonosis merupakan ancaman baru bagi kehidupan manusia di dunia. Berbagai fakta menunjukkan bahwa zoonosis berpotensi merugikan yang jauh lebih besar jika dibandingkan kerugian akibat perang. Kerugian dapat berupa terguncangnya perekonomian suatu negara baik regional dan global serta kematian pada manusia. Jika penyakit tersebut mewabah disuatu negara maka biaya pengendaliannya akan sangat besar. Oleh karena itu segera ditangani dengan baik. Berbagai contoh penyakit zoonosis yang sering mewabah di dunia dan Indonesia antara lain Rabies (anjing gila) yang ditularkan oleh virus melalui gigitan anjing. Wabah rabies di Bali 126 orang meninggal, rata-rata 100 orang meninggal akibat rabies per tahun di Indonesia (Caturroso RP, 2014) Kemudian penyakit Anthraks yang ditularkan oleh bakteri melalui mengkonsumsi daging sapi, kambing kerbau yang terinfeksi, Bovine Spongiosum Encepalopathy (Sapi Gila), Syndrome Akut Respiratory Diseases (SARS) yang ditularkan oleh Unta, flu burung yang ditularkan oleh unggas menyebabkan kematian 150 orang, Nipah virus yang ditularkan oleh kelelawar, Ebola yang ditularkan melalui monyet, monkey pox yang ditularkan melalui monyet, Toksoplasmosis yang ditularkan melalui kucing dan mengkonsumsi daging kembing yang terinfeksi, sistiserkosis cacing pita yang ditularkan dengan mengkonsumsi daging sapi dan babi yang terinfeksi dan masih banyak lagi.
Solusi

Menghadapi munculnya penyakit baru (emerjing disease) dan penyakit lama yang muncul kembali (re emerjing disease) menuntut dunia saat ini mengharuskan adanya kolaborasi, kemitraan secara terintegrasi dan sinergis antara dokter hewan dan dokter manusia serta profesi lain. Kedua profesi utama yaitu dokter hewan dan dokter inilah yang seharusnya diberikan tanggungjawab penuh dalam menangani zoonosis berdasarkan kewenangannya. Selama sumber penyakitnya masih berasal dari hewan maka hewannya terlebih dahulu ditangani oleh dokter hewan.

Konsep “one health” merupakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh WHO saat ini. Konsep ini merupakan pendekatan yang secara holistik fokus membahas keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan dalam rangka pengendalian penyakit infeksius. Konsep tersebut merupakan upaya pencegahan penyakit melalui serangkaian kegiatan perencanaan strategis menghadapi penyakit yang berasal dari hewan dan menular ke manusia atau sebaliknya yang ditelaah dan diteliti dari berbagai kacamata keilmuan. Jika terdapat satu aspek yang terganggu, maka akan mengganggu aspek lainnya. Kesehatan manusia sangat erat kaitannya dengan kesehatan hewan dan lingkungan sekitar, sehingga kerjasama semua sektor sangat diperlukan.

Program pengendalian dapat dilakukan bersama-sama dan terintegrasi sehingga tidak ada kesenjangan antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia dan profesi lainnya. Ini tidak mudah karena masih adanya ego sektoral dari masing-masing profesi. Akan tetapi ini harus kita lakukan secara serius karena jika tidak tertangani maka dampak buruk tinggal menunggu waktu.

(@#)

 

(Visited 24 times, 1 visits today)

Berita Terkait

Moderasi Beragama Sebagai Jembatan Mengatasi Perpecahan Bangsa
Aktivis Literasi yang Anti Kritik dan Pemikiran Tokoh Pendidikan
Hegemoni Coattail Effect Menjelang Pemilu 2024
Al-Quds Day: Upaya Merawat Ingatan
Opsi Baru Dari Akhir Interpelasi
Mamuju dan Sampah
Menilik Peran Pemprov Sulbar Pasca Gempa
Politik Balas Jasa Dilahirnya Pancasila

Berita Terkait

Rabu, 13 November 2024 - 08:58 WIB

Gegara Nyabu, Pria di Tommo Aniaya hingga Ancam Istri Pakai Parang Berakhir Dibekuk Polisi

Selasa, 12 November 2024 - 16:49 WIB

Besok, DPRD Mamuju Mulai Bahas Penyusunan RAPBD 2025

Senin, 11 November 2024 - 14:35 WIB

Dilapor Istri ke Polisi, Pria dan Selingkuhan di Mamuju Sepakat Akhiri Hubungan

Senin, 11 November 2024 - 10:24 WIB

Tim TPS Rampung, Relawan Teratai Siap Kawal Kemenangan Arsal-Askary

Sabtu, 9 November 2024 - 21:32 WIB

Dukung Pasangan Ado-Damris, Arwan Hadiri Debat Kedua Pilbup Mamuju

Jumat, 8 November 2024 - 19:04 WIB

Sempat Kabur, Sopir Pikap Tabrak Pemotor Ditangkap di Pelabuhan Simboro Mamuju

Jumat, 8 November 2024 - 08:23 WIB

3 Pemuda Isap Lem di Stadion Manakarra Mamuju Berakhir Diciduk Polisi

Kamis, 7 November 2024 - 22:42 WIB

Jelang Pilgub Sulbar, Prabowo Perintahkan Menangkan ABM-Arwan

Berita Terbaru

Wakil Ketua DPRD Mamuju Alfais Muhammad, dok.istimewa

Advertorial

Besok, DPRD Mamuju Mulai Bahas Penyusunan RAPBD 2025

Selasa, 12 Nov 2024 - 16:49 WIB

x