MATENG – Menyikapi polemik sengketa lahan di Desa Bojo, Komisi II DPRD Kab. Mamuju Tengah (Mateng) menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama kolompok tani Mulia Desa Bojo Kec. Budong-Bodong.
Rapat itu,berlangsung di ruang Komisi II DPRD Mateng dan dihadiri oleh para kelompok tani, selasa (3/3/2020).
Dalam rapat membahas sengkata Lahan tersebut, di ikuti oleh satu kelompok tani yakni kolompok Sapri (Mulia) Desa Bojo.
“Tanah itu terletak di dusun Tana Merah Desa Bojo, luasnya sekitar 30 hektar. 15 di antaranya bersengketa antara Kelompok Sapri Desa Bojo dengan Kolompok Yohanes Masyarakat Desa Pontanakayyang” ujar Ketua Komisi II DPRD Mateng Fathahuddin Al Gafiqhi usai menggelar RDP
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari keterangan pak Sapri, Kata Fatha, lahan yang berjumlah 15 hektar tersebut masuk dalam wilayah Desa Bojo. Namun, lahan yang berjumlah 15 hektar itu diklaim oleh Pak Yohanes, bahwa lahan tersebut adalah hak penguasaan kelompoknya.
Selain itu, Fathahuddin juga menyatakan, saat terjadi polemik pemerintah Desa Bojo sudah memfasilitasi kedua belah pihak dan terjadi kesepakatan.
“Pemdes (pemerintah desa) sampaikan tanah yang masih dalam sengketa tidak boleh di Garap, namun kenyataannya tanah itu masih di garap oleh kelompok Yohanes sementar kolompok pak sapri sudah tidak menggarap lagi karena sudah di tangani pemerintah setempat” terang Fatha saat meniru perkataan Sapri
Setelah di telusuri, Fatha menjelaskan bahwa mereka (kelompok tani) sudah melakukan rapat kembali di Desa Bojo. Bahkan pengaduannya sudah di ketahui oleh pemerintah daerah Mateng. Camat sudah di libatkan, Dinas perumahan rakyat dan Asisten l sudah dilibatkan, namun hingga saat ini belum ada titik terangnya.
Sebagai perpanjangan tangan Masyarakat,kata Fatha, mereka datang mengaduh ke-DPRD Mateng berharap agar sengketa tanah di wilayah Desa bojo bisa di selesaikan dengan cepat.
“Oleh karena itu, dalam waktu dekat DPRD mateng akan segera membantu untuk menyesaikan sengketa Lahan tersebut dan Saya berharap kepada ke dua belah pihak yang bersengketa agar menahan diri, jangan ada merasa paling benar agar supaya tidak memicu adu kekuatan fisik yang mengakibatkan terjadi pertumpahan darah yang pada akhirnya mati konyol.” Tutur Politisi Muda PAN itu. (Abs/**)