JAKARTA,-Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), kembali terkerek cukup signifikan. Di awal pekan ini, harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 3,19% ke level RM 3.004/ton. Level RM 3.000 merupakan posisi harga CPO pada bulan Januari awal tahun ini.
Merespons hal tersebut, Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa berpendapat, setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan harga CPO kembali meningkat.
Pertama, dua negara tujuan ekspor CPO terbesar Indonesia, sudah mulai kembali mengimpor CPO asal Indonesia. Ada dua perayaan penting di kedua negara tersebut, pertama, India mengimpor minyak sawit dalam jumlah yang cukup besar menjelang perayaan Hari Raya Diwali, yang biasanya diselenggarakan pada Oktober atau November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari sisi produksi, pada semester pertama ini juga turun 9,2% menjadi 23.504 ribu ton dengan perincian untuk konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton dan ekspor 15.503 ribu ton.Namun demikian, Santosa melanjutkan, sampai dengan Juni ini, volume ekspor sawit domestik, mengacu data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengalami penurunan sebesar 11,7%. Ini diakibatkan oleh rendahnya permintaan akibat kebijakan beberapa negara tujuan ekspor yang melakukan karantina wilayah.
“Hampir semua negara terdampak dan itu menurunkan demand, enam bulan pertama ekspor turun 11,7%, turun cukup signifkan karena lockdown,” ujarnya lagi.
Sementara itu, dalam keterangannya, GAPKI menyatakan dengan mulai bangkitnya kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain akan mendorong kenaikan permintaan minyak nabati dari Indonesia.
Tak hanya itu, kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel. Kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik.
(Net/Lal)