SULBARPEDIA.COM,- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) menggelar Sosialisasi Pelestarian Objek Kemajuan Kebudayaan Daerah Mamuju Bagi Gen Z Tahun 2023. Kali ini kegiatan tersebut menyasar siswa-siswi SMPN2 Mamuju.
Dalam kegiatan ini, tokoh budayawan Mamuju, Rasyid Kampil dihadirkan langsung sebagai pemateri. Kegiatan ini dilaksanakan di aula SMP2 Mamuju, Rabu (7/5/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pantauan sulbarpediacom, tampak para siswa dengan khidmat mendengar penjelasan perihal budaya yang dipaparkan Rasyid Kampil. Beberapa siswa juga dengan antusias bertanya.
Rasyid Kampil terlihat menjelasakan bahasa, sejarah hingga budaya Mamuju. Tak hanya itu, beberapa siswa secara bergiliran juga membacakan naskah Balada Lasalaga.
Balada Lasalaga sendiri merupakan telusuran ekspresi Balada Abad 15 Masehi di Bumi Manakarra. Naskah Balada Lasalaga dibacakan oleh beberapa murid kelas tujuh dan delapan, didengarkan serta disimak langsung puluhan murid SMPN 2 Mamuju tersebut.
Nampak para murid Sekolah menengah itu mendalami bagaimana kisah Pernikahan Pue Tonileoi dengan si cantik Jelita Putri Tokayyang di Padang yang melahirkan seorang Putra Na’e Pattola Pajung “Pattolabali”.
Pemateri dan Budayawan Mamuju, Rasyid Kampil menjelaskan pengenalan sejarah dapat membentuk siswa-siswa untuk memahami kebudayaan. Aspek penting dalam pendidikan meningkatkan potensi peserta didik berkembang.
“Tujuan para peserta didik memiliki keterampilan pengetahuan dan sikap yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami kebudayaan. Kita akan mencoba melirik kepada budaya kita yang menurut sejarah dan nilai tradisional yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, yang masuk dari 8 aspek kebudayaan,” terangnya.
Warisan budaya yang bernilai luhur bentuk identitas, sehingga kata Rasyid Kampil memajukan kebudayaan melalui pengetahuan adalah kewajiban dan sekaligus amanah. Ia mengajak seluruh generasi Z yang lahir di era digital untuk merawat seni dan budaya dengan member mereka akses untuk berkembang.
“Suasana Gen Z mendorong pribadi anak-anak kita untuk berkembang, peristiwa masa lampau yang mempunyai makna dari pengalaman masa lalu, wawasan keilmuan Generasi Z lebih berfikir terbuka,” jelasnya.
Cerita Singkat Balada Lasalaga
Saat memasuki usia dewasa putra mahkota Patolabali digelarlah kesenian. Acara Pergelaran Kesenian ini sebagai pernyataan rasa suka cita putra mahkota. Berbagai persiapan dilakukan dengan menutup Muara Binaga. Pohon-pohon bakau di muara berebahan, pelepah daun nipa berserakan, ranting-ranting beronggok, menutupi riak derasnya aliran sungai. Seketika aliran sungai itu tertutup.
Pernikahan Putra Mahkota Pattolabali dengan Putrid Raja Badung ini, dalam sejarahnya mempertemukan sejoli itu. Pernikahan keduanya berlangsung khidmat sambil memercikan air seling suci pemberkahan yang diramu dari sesari wewangi kembang.
Setelah prosesi pernikahan itu, Raja Badung kembali ke Bali. Kehadiran Raja Badung bersama putrinya di Istana Langga Monar mengalami insiden yang nyaris membuat harkat dan citranya sebagai seorang raja. Tidak secara kebetulan terjadi, jodoh mepertautkan mereka berdua, yang kemudian terlantunlah nada indah melaui syair-syair iringan nafiri.
Setahun berlalu, kedua sejoli ini melahirkan anak berkembar sebilah parang putra gagah perkasa yang kemudian disebut “Manurung”, dan Lasalaga salah satunya. Seluruh rakyat menyambutnya dengan suka cita.
Makna Lasalaga berasal dari istilah Telaga atau Selaga, yang disesuaikan dengan lingkungan tradisi suatu kelompok masyarakat khususnya Bali. Manurung, kelahiran yang berkembar dengan sebilah parang adalah suatu persitiwa keajabaian dunia. Keajaiaban seperti ini, disebut oleh mereka etnis Bugis, Mandar dan Toraja didalam lontarnya disebut “Manurung” yang berarti Gaib.
(adv/adm)