MATENG – Untuk mengatasi permasalahan gizi di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Gerakan Masyarakat Sadar Gizi (Germas Darzi) resmi dilounching, Kamis (13/6/2019).
Dalam laporan Kepala Dinaa Kesehatan (Dinkes) Mateng Setya Bero menyampaikan, kejayaan suatu bangsa, kejayaan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh kesuburan tanahnya, tidak ditentukan oleh kekayaan alamnya tetapi kejayaan suatu bangsa atau daerah sangat ditentukan oleh kecerdasan generasinya. Kecerdasan generasi ,sangat ditentukan oleh bagaimana asupan gisi seribu hari kelahiran pertama atau dibawah umur 2 tahun.
Persolan penanganan gizi kata Setya Bero semakin kompleks, awalnya adalah persoalan gizi, gizi kurang, Gizi buruk dan gizi lebih terjadi pada usia balita. Pada usia dewasa dan kesalahan-kesalahan prilaku yang ada dimasyarakat tentang pola komsumsi makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pada usia balita kesalahan didalam kita prilaku yang menyebabkan gizi buruk gizi kurang, dan akan berpengaruh pada kecerdasan anak kurang gizi, kesalahan pada usia dewasa terbukti sekarang adalah semakin meningkatnya penyakit generatik, penyakit yang tidak menular seperti stroke hari ini adalah menjadi salah satu paktor penyebab kematian utama, transisi penyakit yang tidak menular dimasyarakat kita, hal-hal inilah yang menjadikan kita sebagai pemerintah daerah untuk mensosialisasikan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi,” ujarnya.
Germas Darzi yang dicanangkan oleh Dinkes Mateng disambut baik oleh Bupati Mamuju Tengah, H. Aras Tammauni, mengingat saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan berbagai masalah gizi yaitu: masih tingginya prevelensi stanting, berat badan kurang, kurus dan anemia pada ibu hamil, serta semakin meningginya obesitas pada usia dewasa. Hal ini menyebabkan munculnya beban ganda di Indonesia. Terkait pengendalian penyakit menular yang belum selesai, disisi lain kasus penyakit tidak menular semakin meningkat.
Menurutnya, status Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia dan juga pada kesehatan ibu pada masa pra hamil. Saat kehamilannya dan saat menyusui, merupakan periode yang sangat kritis atau yang dikenal dengan seribu hari pertama kehidupan.
“Ini merupakan priode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat di koreksi, dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh,” kata H. Aras.
“Sedangkan jangka panjang akibat buruk yang ditimbulkan adalah terjadinya Stunting, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stoke dan disabilitas pada usia tua serta kualitas kerja yang tidak konpetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi,” sambungnya.
Bupati berharap, hal seperti ini tidak akan terjadi di Mamuju Tengah, masyarakat Mamuju Tengah harus sehat, cerdas dan kreatif sehingga bisa bersama-sama bersatu membangun Mamuju Tengah berubah, maju dan sejahterah dan dapat bersaing dengan daerah lain.
Senada dengan itu, Ketua DPRD Mateng, H. Arsal Aras, dia mengajakseluruh masyarakat khususnya di Kabupaten Mateng untuk bersama-sama melakukan pencegahan terjadinya permasalahan gizi, pencegahan itu di mulai dengan bagaimana memberikan support data kepada Kadis Kesehatan.
“Kita berharap kegiatan ini tidak terhenti disini dan kita juga berhadap kedepan Germaa Darzi ini betul-betul kita melakukan pencegahan-pencegahan terkait dengan data, sehingga dimasa yang akan datang kita tidak temukan lagi di Mamuju Tengah terkait kondisi masyarakat kita yang kekurangan gizi,” harap Arsal.
(Humas Yasin)