MATENG – Dalam era digital seperti saat ini, peran pemuda menjadi sangat penting karena perkembangan tehnologi dan komunikasi yang begitu cepat akan berpengaruh terhadap prilaku dan juga kehidupan masa kini dan masa depan, karakter pendidikan moral dan agama merupakan jalan keluar untuk mengambil kendali masa depan dan bangsa ini.
Dengan perkembangan tersebut, Sekprov Sulbar Muhammad Idris mengajak anak-anak muda Katolik untuk mempersia diri untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan itu, dengan belajar dan meningkatkan keterampilan hidup sehingga anak muda katolik dapat menjadi contoh bagi anak-anak muda yang lain dan harus memiliki jiwa yang kreatif serta inovatif.
Idris juga mengapresiasi atas terselenggaranya acara ini, dimana semua anak katolik berkumpul ditempat ini untuk berbagi ilmu dan gagasan dalam pengembanagan iman dan akhlak yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan, demi utuhnya bangsa indonesia khususnya Sulawesi Barat yang maju dan malaqbi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Perubahan daerah atau bangsa ini tidak mungkin terjadi kalau anak-anak muda ini masih berada di zona nyaman, zona yang memungkinkan kita tidak berfikir alternatif di era-era perubahan, seperti ini kawan-kawan muda ini sudah harus mengambil inisiatif untuk keluar dari zona nyaman, perubahan bisa terjadi apabila kita dapat merubah mainset untuk keluar dari zona nyaman,” kata Muhammad Idris pada Pembukaan Temu Akbar Orang Muda Katolik se Sulawesi Barat, yang berlangsung di Pelataran Paroki St. Michael Tobadak, Desa Palongaan Kecamatan Tobadak KabupatembMamuju Tengah (Mateng), Senin (3/5/2019).
“Kalau anak muda katolik ini selalu senang di zona nyaman, tidak ada alternatif yang dibuat untuk menjemput masa depan itu, maka yakinlah kita akan berjalan lambat,” ujarnya.
Kepada anak muda katolik yang berkumpul disini selama tujuh hari kedepan berada disini, Idris berpesan agar manfaatkan issu-issu global untuk dibuat menjadi issu-issu lokal.
“Kita tidak mungkin besar tanpa berfikir global tapi bertindak lokal, ini merupakan tantangan kita. Tetapi saya yakin sekitar 800 anak muda katolik berkumpul disini tidak hanya berbicara mengenai bagaimana mempertemukan masing-masing paroki dari tujuh paroki yang ada, tetapi sekaligus mempertemukan gagasan perubahan untuk masa depan,” ungkapnya.
“Saya mengajak anak-anak muda katolik sesulbar, untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan itu, dengan belajar dan meningkatkan keterampilan hidup sehingga anak muda katolik dapat menjadi contoh bagi anak-anak muda yang lain dan harus memiliki jiwa yang kreatif serta inovatif,” sambungnya.
(Humas Yasin)