Melihat Ritual Massossor Manurung, Pencucian Keris Pusaka Kerajaan Mamuju

- Jurnalis

Kamis, 13 Juli 2023 - 22:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SULBARPEDIA.COM,- Ritual Adat Masossor Manurung atau pencucian keris pusaka kerajaan Mamuju di Sulawesi Barat (Sulbar) kembali digelar. Ritual tersebut dilaksanakan di Rumah Adat Mamuju, Kamis Pagi (13/7/23).

Ritual Masossor Manurung digelar oleh Pemerintah Kabupaten Mamuju. Acara tersebut dihadiri Bupati Mamuju Siti Sutinah Suhardi, Raja Mamuju Andi Bau Akram Dai dan Permaisuri, Perangkat Adat Gala’gar Pitu, Kerukunan Masyarakat Bali, Ketua Kerukunan Keluarga Mamuju Kota Bontang, Tokoh Masyarakat serta Forkopimda Mamuju.

Dalam kesempatannya saat memberikan sambutan, Raja atau warga setempat menyebutnya Maradika Mamuju, Andi Bau Akram Dai menyampaikan Apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Mamuju atas kolaborasi dan dukungannya sehingga ritual tersebut dapat digelar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

(Prosesi ritual adat Masossor Manurung, foto: dok.ist)

“Apresiasi dan Terima kasih kepada Pemkab Mamuju dalam hal ini Bupati yang telah memberi ruang ritual adat kepada kami, ini tidak terlepas dengan sinergitas Pemkab dan Lembaga adat,” kata Andi.

Lebih jauh kata dia, bukan hanya sekedar ritual adat, banyak peninggalan sejarah budaya agar dapat terus dilestarikan dan dipertahankan hingga kini. Khusus Ritual Adat Masossor Manurung kata dia, adalah suatu wadah untuk bertemu, manurung yang kurang lebih 500 tahun lamanya adalah simbol kehidupan yang terus mengakar dalam masyarakat.

(Prosesi ritual adat Masossor Manurung, foto: dok.ist)

“InshaAllah ketika budaya selalu kita hidupkan, tanah mamuju akan selalu subur dan aman untuk kita semua, semua ras golongan ada di Mamuju. Mari kita membahu-bahu sehingga Mamuju tetap aman dan tentram,” imbuhnya.

Sejarah Masossor Manurung

Keris pusaka yang dibersihkan dalam upacara tersebut berasal dari dua Kerajaan, yakni Kerajaan Mamuju dan Kerajaan Badung, Bali. Rangkaian tradisi tersebut dilakukan setiap sekali dalam dua tahun, tepatnya di tahun-tahun ganjil.

(Prosesi ritual adat Masossor Manurung, foto: dok.ist)

Tradisi pembersihan keris merupakan peninggalan yang diturunkan dari hubungan Kerajaan Mamuju dan Badung, Bali di masa lampau. Pengertian tradisi Mansossor Manurung sendiri berasal dari kata Mansossor yang memiliki arti penyucian atau pembersihan dan Manurung yang berarti benda kerajaan.

Ritual Mansossor Manurung tak hanya dilakukan oleh orang Mamuju, namun juga oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah Mamuju dengan ritual khas dari Bali. Hal tersebut dilatarbelakangi hubungan keduanya yang sudah terjalin pada Tahun 1500 Masehi.

Menurut legenda, pada masa itu seorang putra mahkota Mamuju bernama Pattolawali yang merupakan anak dari Raja Tommejammeng menikahi putri dari Raja Badung, Bali.

Pernikahan pasangan tersebut dikaruniai seorang putra yang memiliki kembaran sebuah keris. Benda yang dianggap sebagai kembaran sang putra tersebut kemudian dinamakan Manurung.

Keris tersebut menjadi sebuah benda penghormatan dan tanda ikatan atas kedua kerjaan. Tak hanya menjadi benda pusaka, keris itu juga memiliki panggilan khusus yaitu Maradika Tammakkana-kana yang berarti raja yang tidak berbicara.

Dalam melakukan pembersihan dari keris pusakanya ada beberapa pihak yang hadir dan memiliki hak untuk ikut melakukan prosesi tersebut.

Pertama adalah kehadiran Maradika atau raja dari Mamuju, selanjutnya adalah kehadiran Gala’ggar Pitu yang merupakan 7 pemangku adat kawasan Kerajaan Mamuju. Tak hanya pihak kerajaan Mamuju pihak dari kerajaan Badung pun kerap hadir dalam acara tersebut.

Tradisi Mansossor Manurung sendiri dipercaya memiliki kesaktian yang dapat memberikan berkat pada masyarakat. Mulanya, tradisi ini dilakukan saat masyarakat Mamuju mengalami masa sulit yaitu kekeringan. Hal tersebut mendorong raja untuk memerintahkan Gala’ggar Pitu agar memandikan dan mensucikan keris pusaka kerajaan.

Setelah melakukan pembersihan, air hasil cuci keris tersebut coba untuk disebar ke kebun, disiram ke sawah dan laut. Penyebaran air tersebut akhirnya meredakan kekeringan yang terjadi pada rakyat setempat.

(adv/adm)

Berita Terkait

DPPKB Mamuju Tuntaskan Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi Gelombang Pertama
Dinkes Catat 271 Calon Jemaah Haji Mamuju Sudah Divaksin Meningitis
Dinas PPKB Mamuju Beri Pembekalan 20 Finalis Duta Genre, Ada Pelajar dan Mahasiswa
DPPKB Mamuju Ungkap Distribusi Alokon di 34 Faskes Capai 45% Selama Januari-Mei 2024
Dinkes Mamuju Gelar Rakor dan Evaluasi 12 Indikator SPM Bidang Kesehatan
Dinkes Evaluasi Disiplin Kerja Nakes Puskesmas Tapalang Pasca Sidak Bupati Mamuju
Resmikan 2 Puskesmas, Sutinah: Pembangunan Sarana Kesehatan Jadi Prioritas
Bupati Mamuju Sutinah Resmikan Puskesmas Ranga-ranga dan Topore

Berita Terkait

Jumat, 17 Mei 2024 - 11:12 WIB

Mendagri Tito Lantik Bahtiar Baharuddin Jadi Pj Gubernur Sulbar Gantikan Prof Zudan

Senin, 13 Mei 2024 - 19:52 WIB

Pertamina Patra Niaga Sulawesi Pastikan Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Senin, 6 Mei 2024 - 14:27 WIB

Pertamina Sulawesi Apresiasi Kinerja Agen Terbaik BBM Industri dan Distributor Petrochemical

Jumat, 19 April 2024 - 01:11 WIB

Presiden Jokowi Bakal Kunjungi 3 Kabupaten di Sulbar, Ini Agendanya

Kamis, 28 Maret 2024 - 16:06 WIB

Menteri PPPA RI Apresiasi Pertamina, Hadirkan Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Berkelanjutan melalui SAPD

Rabu, 20 Maret 2024 - 09:41 WIB

Berkah Ramadhan, Pertamina Sulawesi Tambah 16 Ribu Pasokan LPG 3 Kg di Sulbar

Sabtu, 16 Desember 2023 - 09:23 WIB

Pertamina Regional Sulawesi Jamin Ketersediaan BBM dan LPG Jelang Nataru

Jumat, 24 November 2023 - 13:00 WIB

Pertamina Sesuaikan Harga LPG Non Subsidi, Harga LPG 5,5 Kg di Sulbar Turun Enam Ribu Rupiah

Berita Terbaru