SULBARPEDIA.COM,- Kerajaan Mamuju di Sulawesi Barat (Sulbar) menggelar ritual adat Massossor Manurung atau pencucian keris pusaka yang pelaksanaannya hanya berlangsung sekali di tahun-tahun ganjil. Ritual ini merupakan rangkaian dari perayaan hari jadi Mamuju yang ke-483.
Ritual tersebut digelar di Rumah Adat Mamuju pada Kamis pagi (13/7/2023). Dalam sambutannya Bupati Mamuju Sitti Sutinah Suhardi menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan tersebut.
“Kegiatan yang sakral dan penuh nilai filosofis terhadap adat dan kepercayaan masyarakat seperti Massossor Manurung harus di lestarikan, bukan hanya sebagai sesuatu yng bersifat seremonial, tapi juga sebagai sebuah nilai identitas yang merupakan kekayaan pembeda dari kebudayaan lain,” ujar Sutinah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia menambahkan nilai-nilai budaya bisa membawa sesuatu yang dapat digunakan demi mendorong kemajuan di berbagai dimensi pembangunan seperti kepariwisataan.
Lebih lanjut Sutinah mengajak semua pihak untuk selalu membuka ruang sinergi dan komunikasi agar semua potensi yang dimiliki bisa disatukan demi menghadirkan kemajuan sebagaimana yang diharapkan.
“Saya juga mengajak agar kita senantiasa mempertahankan dan menjaga kekayaan budaya yang kita miliki, sehingga kita sebagai orang Mamuju mampu memberi warna pada dinamika sosial, tidak tergerus oleh kemajuan zaman,” tuturnya.
“Dengan semangat kebersamaan dan rasa memiliki terhadap daerah yang kita cintai, niscaya Bumi Manakarra akan semakin Keren sebab ditunjang dengan kearifan lokal dan kekayaan budaya yang penuh nilai filosofis serta sumberdaya yang senantiasa berpikir maju,” tambahnya.
Sementara itu, Maradika Mamuju Andi Bau Akram Dai menyampaikan pesan tentang pelestarian nilai budaya dalam sambutannya. Dia menekankan peran semua pihak untuk menghidupkan budaya Mamuju.
“Kita akan bahu membahu dengan pemerintah daerah untuk menghidupkan tarian dan nyanyian daerah yang mulai ditinggalkan. InshaAllah ke depan secara menyeluruh se-Kabupaten Mamuju akan terus kita dorong untuk kelestariannya,” ujarnya.
Baca juga: Melihat Ritual Masossor Manurung, Pencucian Keris Pusaka Kerajaan Mamuju
Dia juga mengibaratkan Manurung adalah perlambang kehidupan yang malaqbi. Di sisi lain, dia menyebut Mamuju akan indah jika warganya hidup dalam harmoni dan kebersamaan.
“Tanah Mamuju akan selalu subur, indah dan aman jika kita hidup dalam harmoni. Mari kita bersinergi untuk terus mewujudkan itu,” pungkasnya.
Dalam ritual Massossor Manurung, turut hadir perangkat adat Gala’gar Pitu, perwakilan raja Gowa, anggota kerukunan masyarakat Bali, Ketua Kerukunan Keluarga Mamuju Kota Bontang dan perwakilan instansi vertikal se-Kabupaten Mamuju.
(adv/adm)